Tadi pagi adalah upacara pengibaran bendera HUT RI yang ke 31 kalinya di Islamic Centre sejak lembaga ini berdiri. Oleh pendirinya, pengibaran bendera 17 Agustusan di IC adalah sebuah kewajiban.
Adalah KH Noer Alie, Pahlawan Nasional pendiri Perguruan Attaqwa juga pendiri Islamic Centre. Baginya Pancasila sebagai ideologi sudah final.
Perdebatan tentang Pancasila bagi KH Noer Alie sudah final sejak tahun 1980-an ketika negara mencantumkannya sebagai atas tunggal. Maka sejak itu seluruh institusi yang dibawah naungannya mengikuti realitas politik saat itu.
Begitu juga di Islamic Centre. Sikap itu lebih “danta” lagi karena ada peran Suko Martono, Rusmin dan Wikanda. Ketiganya adalah tokoh militar yang bergabung bersama KH Noer Alie membangun Islamic Centre. Tak ada yang meragukan nasionalisme ketiga tokoh ini.
Maka, ketika tadi seluruh pengurus dan pegawai Yayasan menggelar upacara bendera memperingati HUT RI, teriakan komando hormat pada Merah Putih sungguh menggetarkan tanah Islamic.
“Kepada Sang Merah putih, hormaaaaat … “
Getar hormat itu menggebrak hati dan jiwa setiap orang. Seakan menjawab tudingan miring yang macem-macem tentang Islamic.
Tudingan yang mengatakan Islamic berideologi kekanan-kananan, tempat ngumpul kelompok radikalis, ekstrimis dan bahkan pernah dianggap sarang kelompok terorisme.
Rupanya baru ketauan belakangan ini, stigma-stigma jahat itu disematkan untuk membuka jalan kepentingan kapitalis yang mencari lahan strategis. Nyaris saja, Islamic kecolongan saat itu.
Kini pads momentum HUT RI ke 79, semua jurus dilakukan pengurus. Upaya spiritual terus dilakukan dengan jalan memanjatkan doa. Di majelis-majelis taklim, jamaah diajak untuk mendoakan Islamic centre agar pengurusnya bisa menemukan solusi pembangunan masjid yang sudah 12 tahun tertunda.
Bagi kami, doa itu senjata umat Islam.
Di setiap jumat, ketua Yayasan bersama pengurus melakukan safari jumat. Menjalin silaturrahmi dan mengajak masjid-masjid untuk tahu mengapa masjid Islamic tak kunjung rampung.
Di dalam, ikhtiar untuk melakukan komunikasi kepada para pejabat pemerintahan baik di pusat mau pun di Provinsi, khususnya pejabat Pemkot Beksi terus diintensipkan. Karena memang di sinilah sesungguhnya kunci pembangunan itu tersimpan.
“Semua ukhtiar ini untuk mengingatkan bahwa Islamic ini milik ummat, masjid ini untuk ummat, pengurus ingin meningkatkan manfaat Islamic agar bisa maksimal buat kesejahteraan ummat,” kata Heri Suko Martono ketua Pengurus Islamic Centre saat memberi sambutan milad.
Maka pada rangkaian HUT RI kali ini pengurus Yayasan hadir dalam setiap derap kegiatan kebangsaan ini. Pada rapat paripurna Dewan baik di Kota maupun di kabupaten Bekasi, pengurus mengutus wakilnya.
Soreharinya di tanggal 16, pengurus bersama seniman kota Bekasi menggelar puisi dan deklamasi kebangsaan. Sebuah perhelatan jiwa. Pada tgl 17 nya bendera Merah putih pun dikibarkan dari halaman upacara Islamic.
Merdekaaaaa …
Pekik suara itu keras menggelegar. Sama seperti banyak teriakan rakyat umumnya. Suara keras itu terdengar merindukan merdeka. Seperti juga Islamic Centre yang masih memperjuangkan kemerdekaannya.(*).