Sejarah Berdirinya

Kawasan Islamic Centre Bekasi

IDE PENDIRIAN DAN NAMA

Letak kota Bekasi yang sangat strategik, di gerbang timur ibukota Negara, mendorong laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan semakin majemuk. Sebagai kota satelit yang menyanggah ibukota Jakarta, dinamika pembangunan di semua sektor terjadi sangat pesat, baik pada sektor pendidikan, pemukiman, industri, jasa dan perdagangan. Fenomena ini mendorong bangkitnya kesadaran berkarya di kalangan umat, maka ide mendirikan pusat kegiatan Islam (Islamic Centre) adalah refleksi Bari kesadaran tersebut.

Mula—mula gagasan mendirikan Islamic Centre Bekasi ini dilontarkan oleh ulama — pejuang Bekasi, almarhum almaghfurlah K. H. Noer Alie, pada suatu kesempatan beliau menyampaikan kepada Bupati Bekasi saat itu, H. Suko Martono, sebagai berikut:

“Saudara Bupati, kita belum punya sesuatu yang seperti Islamic Centre, mumpung Saudara jadi Bupati, coba pikirkan bagaimana mendirikannya”.

Sebelum mengutarakan ide tersebut kepada Bupati Bekasi, almarhum almaghfurlah KH. Noer Alie terlebih dahulu menyampaikan kepada Ketua DPRD Tk.II Kabupaten Bekasi H. M. Roesmin. Persisnya pesan almarhum almaghfurlah KH. Noer Alie tersebut berbunyi “Mumpung ente masih menjabat, ente musti punya kenang — kenangan buat umat Islam Bekasi. Tolong bangun Islamic Centre, mudah — mudahan bila ana meninggal nanti, mata ana bisa merem”

Namun seiring berjalannya waktu, pada saat sedang dimulainya pelaksanaan pembangunan gedung Islamic Centre tersebut, almarhum almaghfurlah K. H. Noer Alie wafat pada tangal 29 Januari 1992 pada usia 78 tahun, “kita doakan semoga Allah mengampuni segala dosa — dosanya, menerima semua amal ibadahnya termasuk ide dan gagasan besar pendirian Islamic Centre ini dan menempatkannya di tempat yang layak disisi-Nya. Amin.” Ide besar tersebut menggelinding bagaikan bola salju. Kemudian berkembang luas dan menjadi topik pembahasan setiap pertemuan ulama dan umaro, yang rutin diselenggarakan setiap bulan oleh Bupati Bekasi. Ide mendirikan Islamic Centre Bekasi terus bergulir dan semakin hari semakin meluas dan berkembang.

Hasrat mendirikan Islamic Centre Bekasi kemudian menjelma menjadi tekad. Terlebih lagi, setelah Bupati H. Suko Martono melontarkan gagasan tersebut di berbagai forum. Maka gayungpun bersambut, banyak pihak merespon positif ide mulia ini. Dukunganpun datang dari berbagai kalangan, mulai dari tokoh masyarakat, akademisi, alim ulama, politisi, pengusaha dan elemen masyarakat Bekasi lainnya. Maka tahap selanjutnya adalah Langkah – langkah menuju realisasi ide besar tersebut.

Proses pembangunanpun dimulai. Maka diskusipun semakin mengerucut ke tema yang lebih spesifik; dimana lokasinya, apa namanya, darimana sumber dananya dan seterusnya. Soal nama umpamanya, apakah menggunakan nama Islamic Centre, atau pusat pengkajian dan pengembangan Islam atau pusat kegiatan Islam.

Soal nama, wacana yang berkembang pada saat itu bahwa pemerintah pusat tengah gencar — gencarnya mengindonesiakan istilah — istilah yang berbau asing. Namun, K.H. Noer Alie tetap berpendapat untuk menggunakan nama Islamic Centre karena dianggap lebih mendunia dan popular di semua lapisan masyarakat. Pemikiran beliau yang visioner dan populis tersebut didukung oleh seluruh pendiri Islamic Centre Bekasi dan diamini oleh masyarakat Kabupaten Bekasi.

Penggunaan nama Islamic Centre kemudian dicontoh oleh daerah lain, termasuk beberapa daerah yang melakukan studi banding ke Islamic Centre Bekasi, seperti Sumedang, Tapin, Ogan Komering Ulu, Tanah Datar dan daerah lainnya.

Adapun nama Yayasan Nurul Islam Bekasi dilontarkan oleh H. Suko Martono, Bupati Bekasi pada saat itu. Filosofinya adalah bahwa didalam kemegahan komplek Islamic Centre Bekasi dengan berbagai kegiatannya akan memancarkan cahaya Islam yang rahmatan lil alamin

This is the heading

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

× Ada yang bisa dibantu?